Kamis, 13 Oktober 2016

Positif Saja


Entah kenapa, seminggu terakhir banyak banget dapat kabar teman-teman lagi pada hamil. Entah itu yang memang sengaja memberi tahu (berbagi kabar bahagia), atau pun yang tanpa sengaja ketika asik chatting, akhirnya memberi tahu bahwa dia sedang hamil. Alhamdulillah, benaran ikut senang. :)

Kenapa? Ya karena aku yakin, sesuatu itu menular, termasuk kehamilan. Hehehe. Entah ini mitos atau tidak, dulu para ibu-ibu komplek--waktu aku masih tinggal di komplek perumahan dan kadang ngumpul sama ibu-ibu--pernah bilang, "Eh, si A hamil ya? Wah, hati-hati nih, biasanya kalau udah hamil satu, nular ke yang lain," celetuk salah seorang ibu.
"Eh, masa gitu sih, Bu?" tanyaku polos.

"Iya, emang gitu. Kayak kemaren waktu tetangga depan hamil, eh kita hamil juga, eh tetangga sebelah hamil juga. Jadilah rata-rata pada hamil." Ibu itu menjelaskan, sambil senyum-senyum dan ditimpali tawa ibu yang lainnya. Sedangkan aku hanya mengangguk-angguk menanggapi, sambil berpikir "Eh, emang ada ya kayak gitu? Emang bisa dibuktikan secara ilmiah?"

Ah, sudahlah. Aku pun hanya menganggap itu angin lalu saja. Tapi, rupanya cerita seperti ini berlanjut, mulai dari kalau ada yang lahiran, maka yang belum punya anak, disuruh gendong anaknya biar nular cepetan hamil. Atau kalau ada yang nikahan, yang masih gadis disuruh dekat-dekat penganten, juga biar ketularan jadi manten. Ya, begitu seterusnya. Seolah-olah nikah dan hamil ini memang suatu "penyakit menular". :D

Well, terlepas dari obrolan ibu-ibu tentang "nikah dan hamil yang menular", aku teringat pada sebuah buku yang membahas tentang jodoh. Lupa buku yang mana, karena lumayan banyak baca buku tentang jodoh. Hahaha. Tapi kalau nggak salah sih, di bukunya Canun dan Teh Fufu "Jodoh Dunia Akhirat", pada salah satu sub bab di buku itu ada sesi di mana pembaca diminta untuk meng-list siapa saja teman-teman terdekatnya. Setelah itu, coba lihat berapa kira-kira penghasilan mereka, kemudian bandingkan dengan penghasilan kita. Lihat, bagaimana hasilnya? Mirip, kan? Yaaa... Beti-betilah. Hahaha.

Nah, begitu juga jodoh. Coba lihat teman-teman kita, terutama yang dekat dengan kita. Udah pada nikah belum? Kalau belum, kenapa mereka belum pada nikah? Coba bandingkan dengan diri kita, sama kan? Ya mirip-miriplah. Hehehe.

Serius, setelah melakukan apa yang diminta di buku itu, meng-list nama-nama teman dekat, dan melihat hasilnya, maka waktu itu--aku yang masih jomblo--mendapati 70% orang-orang terdekatku sudah menikah. Wow, ini fakta menarik, dan tentu saja aku jadi semakin semangat dan positif thinking sama Allah, In syaa Allah jodohku juga datang sebentar lagi. :D

Maka, aku semakin rajin mempersiapkan diri, setiap dapat undangan aku selalu mendoakan dengan tulus In syaa Allah, "Alhamdulillah, nambah lagi teman-teman yang nikah, berarti giliran aku makin dekat." Begitu terus sampai pernah aku dapat undangan bertubi-tubi dalam sebulan. Hahaha.

Sakit hati? Sedih? Yah... mungkin saja, ada terselip perasaan dan pikiran, "Kok dia dulu sih yang ngasih undangan, bukan aku. Hiks." Namanya juga sama-sama ngarep ya, jadi wajar kalau perasaan itu selintas ada. Tapi, alhamdulillah, atas izin Allah, aku bisa mengelolanya, mengelola jadi energi positif In syaa Allah.

Pokoknya, asal ada yang walimah, selalu aku doain yang terbaik. Bahkan saat ada yang minta didoain dapat jodoh--walau aku belum berjodoh waktu itu--tetap aku doain, karena aku yakin, seperti dalam sebuah hadis, malaikat akan mendoakan hal yang sama untuk kita.

Maka ketika do'a minta jodoh, aku juga do'ain teman-teman yang sedang menanti jodoh. Ya, lagi-lagi walau nggak bisa dipungkiri, setan selalu mengganggu, "Eh, malah doain orang lain. Ntar kalau mereka duluan yang nikah, rasain kamu tinggal jomblo sendirian." Nih setan emang pinter banget membolak-balikkan hati.

Ya, setan memang gitu sih. Emang udah takdirnya kayak gitu. Kalau kata ustadz, "Setan itu memang tugasnya melencengkan niat manusia dari kebaikan." Maka, sebaik-baiknya setan melencengkan, kita harus lebih baik mengencengkan (mengencangkan doa terbaik kita).

Kembali lagi, soal "penyakit menular", entah ini mitos atau apa, tapi satu hal yang aku yakini, bahwa masing-masing diri punya energinya masing-masing. Maka pastikan kita selalu mengeluarkan "energi positif" agar juga kembali energi positif itu pada kita. Dan, bukankah Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya? Maka sudah seharusnya kita hanya berprasangka yang baik-baik saja, agar juga yang baik-baik yang kembali pada kita. :D

Maka, prasangkaku kali ini adalah, sebagaimana teman-temanku sedang diberikan amanah (hamil), in syaa Allah sebentar lagi giliranku akan tiba. Positif saja. Aamiin. #SemogaBulanIni #Ngarep :D

Lalu kamu, apa prasangkamu kali ini?

-Cici Putri-

1 komentar: