Minggu, 21 Juni 2015

Satu Ayat

"Satu ayat, yang selalu membuatku kuat. Namun tak jarang, ia juga membuat tenggorokanku tercekat".

Sahabatku.
Sudah lama ingin kutulis tentang kehebatan ayat ini padamu. Bukan. Bukan untuk menyombongkan diri bahwa aku lebih tahu, tapi sekedar ingin berbagi ilmu. Dari sahabatmu yang dosanya menggunung tak tahu malu.
Aku bingung harus memulai dari mana, dan akupun canggung untuk menuliskannya. Karena bagiku ini bukanlah hal yang biasa ku melakukannya. Berbicara tentang firman-Nya, sungguh diri jauh dari kata pantas. Ilmupun tak lebih hanya catatan kecil di atas kertas.

Tapi, semakin ku menunda, mungkin ada rasa ego tersembunyi di dalamnya. Aku tak mau itu, aku ingin berbagi denganmu, dan aku juga ingin kamu tahu. Hingga kaupun mampu merasakannya, bisa jadi kita punya rasa yang sama.

Ku ceritakan sepintas perkenalanku dengan ayat ini.
Beberapa waktu yang lalu, aku sedang mengalami masa-masa sulit dalam hidupku. Saat keingin berdakwah begitu kuat, tapi keluarga justru tak bersahabat, di sana ujian terasa begitu berat.
Aku mencoba bertahan, mencari-cari kesibukan dengan berbagai alasan. Di tengah pandangan sinis, di tengah kata-kata yang sungguh jauh dari bahasa manis. Yang tak jarang membuat hati gerimis dan mata ikut menangis.

Selalu kucoba untuk menguatkan diri, agar ku yakin dengan jalan yang kupilih.
Sungguh luar biasa, saat itulah aku merasa Allah selalu ada, dan akan selalu dan selalu ada bersama hamba-Nya.

Saat itu aku tengah menghapal sebuah surat dalam Al-Qur'an. Tepatnya juz 29. Surat Al-Mulk. Mulai dari rajin mendengarkan murotal dari berbagai syekh dan ustadz, hingga aku memilih salah satu murotal seorang ustadz yang aku anggap sangat cocok dan mudah diikuti untuk dihapal. Setiap kali memutar murotal ustadz tersebut, entah kenapa ada hati yang tersentuh, ada batin yang merasa terhenyuh, hingga membuat air matapun tanpa sengaja ikut terjatuh.
Aku larut dalam bacaannya, karena beliau membaca dengan penuh khidmat bahkan dengan suara parau menahan isak di beberap ayat.

Akupun semakin penasaran, ada apa dengan ayat-ayat dalam surat ini?
Hingga akhirnya aku menemukan suatu ayat. Ayat inilah yang pada akhirnya dan hingga saat ini membuatku selalu kuat, bila ujian datang mendekat.
Aku terpana. Air mata jatuh tanpa diminta.
Satu ayat yang menguatkan. Seolah-olah inilah inti dari semua perasaan.
Aku terhenti di ayat ke-13. Di sana tertulis sebuah ayat yang berbunyi "Wa asirru qaulakum awijharubih, innahu 'aliimunbidzatishshuduur". Artinya "Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah, sungguh Dia Allah Maha Mengetahui segala isi hati".
Ya Allah. Subhanallah.
Aku terpana, sungguh seperti baru mengetahui hal ini untuk pertama kalinya. Seketika itu juga aku menjadi kuat, tak peduli dengan sindiran ataupun celaan yang disampaikan orang-orang kepadaku, Karena yang kuyakini hanya satu "Allah mengetahui segala isi hati". Allah tahu bahwa aku tulus mencintai mereka yang ingin aku ajak bersama dalam kebaikan, Allah tahu bahwa aku hanya ingin berusaha menjalankan perintah Rasul-Nya, Allah tahu bahwa ujian yang kurasakan sungguh tak ringan rasanya, Allah tahu bahwa aku bukanlah seperti prasangka-prasangka mereka, Allah tahu, bahkan lebih tahu dari diriku sendiri. Ya itulah yang selalu membuatku kuat, di saat orang-orang memandang sebelah mata terhadap apa yang aku lakukan. Dianggap sok alim. Dibilang terlalu fanatik. Bagiku kini itu bukan masalah lagi. Karena Allah Maha Mengetahui segala isi hati, dan aku yakin bahwa Allah akan selalu berikan jalan untuk hamba-Nya yang selalu berusaha memperbaiki diri.

Skenario Allah masih terus berjalan, ternyata untuk menguatkan keyakinan hamba-Nya, Dia mengulang-ulang ayat yang serupa di surat-surat lainnya. Dan lagi-lagi setiap membaca ayat ini, mataku basah, ada jiwa yang terasa kembali terpapah.

Tapi, tunggu dulu. Logika liar mulai bermain di benakku. Aku kembali menyelami maksud ayat ini. Jika Allah Mengetahui segala isi hati, tentu Dia juga tahu hati-hati yang tidak lagi suci. Tiba-tiba tenggorakanku tercekat, bayangan hati yang penuh dosa datang mendekat. Ada hati yang dipakai untuk mendengki dan iri. Ada hati yang masih ingin dipuji. Ada hati yang diisi cinta kepada yang bukan seharusnya. Ada hati yang terkadang beribadah dengan riya'. Ada hati yang suka merasa lebih baik dari yang lainnya. Ada hati yang berlumur dosa tak terhingga. Dan tentunya masih banyak lagi yang Allah ketahui tentang hati ini. Karena Dia Maha Tahu semuanya, baik yang tersembunyi ataupun yang nyata. Lalu, akupun malu. Malu pada diriku sendiri. Diri yang hatinya masih penuh noda. Noda yang mungkin tak terhitung lagi banyaknya. Ya Allah. Astaghfirullah.
Aku mohon ampunan-Mu. Karena tak ada lagi ampunan selain dari-Mu. Kini ku terpaku. Tak tahu lagi apa yang harus ku katakan. Ayat ini menguatkan, tapi terkadang juga membuatku sadar bahwa diri ini penuh kehinaan, dari dosa-dosa dalam hati yang berusaha kusembunyikan.Seharusnya aku tak boleh bersembunyi, karena yang harus kulakukan adalah beristighfar dan memperbaiki diri. Karena sungguh "Dia Allah Maha Mengetahui segala isi hati".

"Satu ayat, yang selalu membuatku kuat. Namun tak jarang ia juga membuat tenggorokanku tercekat".

#SebuahRenunganUntukDiriSendiri
-cici putri-
@ciciliaputri09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar