Jumat, 29 April 2016

Khawatir

Dalam menjalani hidup ini, terkadang kita sering merasa khawatir dan takut. Khawatir kerjaan tidak beres, lalu dimarahi bos. Khawatir saat telat bayar SPP lalu alpa study. Khawatir tidak dapat jodoh. Khawatir tidak ada uang untuk makan. Khawatir ini dan itu. Bahkan, tidak jarang kekhawatiran itu hanya sekedar kekhawatiran saja, dan masih praduka belaka. Tidak ada korelasi, bahkan bukti sama sekali jika itu benar-benar akan terjadi. Ah, kita memang terkadang terlalu khawatir.

Kamis, 28 April 2016

Dear Mantan (?)

Akhir-akhir ini lagi marak banget para pengguna sosial media yang bikin meme atau ngedit picture atau sejenisnya pakai tagline "Dear Mantan" yang ditambah dengan kalimat "Maafkan aku yang dulu". Hhmmmm... Nggak perlu disebutin lah ya, contohnya yang kayak gimanaaa... tinggal buka aja tuh beranda Facebook masing-masing, bakal langsung bertebaran meme yang dimaksud. Atau bagi kamu yang nggak nemu meme yang aku maksud--karena mungkin teman FB nya anak baik semua--bisa tanya sama uncle google, tinggal ketik aja "Meme Dear Mantan", dalam sepersekian detik--kalau internet kamu lancar tentunya--bakal muncul berbagai gaya "Meme Dear Mantan".

Oke, aku nggak bakal bahas lebih lanjut tentang "Meme Dear Mantan" yang kadang bikin miris ini. Syukurlah meme yang menggambarkan betapa sebenarnya yang buat meme kayak gini masih ada rasa "ngarep" ama mantannya, pengen balikan. Atau minimal, dia pengen bilang, "Nyesel kan ninggalin gue kemaren? Liat gue yang sekarang. Gigit jari, gigit jari deh lo." Yaaah... mungkin lebih kurang gitu kali ya, yang ingin disampaikan dari meme "Dear Mantan" ini. Sungguh miris. Pamer diri yang sekarang, hanya untuk "balas dendam". Fiyuuuh *lap keringet*

Jumat, 22 April 2016

Ada Kala

Ada kala, 
saat ingin bercerita,
kau tak tahu tahu memulai dari mana.

Ada kala,
saat ingin menulis, 
tanganmu mendadak kaku, 
seolah terbelenggu, 
dan kata-kata menguap entah ke mana.

Ada kala, 
saat kau ingin pergi, 
namun hati tak ingin lari. 
hanya bisa mengatur rasa, 
agar luka tak semakin parah.

Ada kala, 
saat kau ingin berteriak, 
di tepi pantai, agar suaramu hilang ditelan ombak.

Ada kala, 
saat kau ingin berdua saja. 
Bersama seseorang yang kau cinta, 
bersamanya menghabiskan masa.

Ada kala, 
saat kau memang (benar-benar) kehilangan ide untuk menuangkan kata, 
maka saat itulah hadir tulisan yang saat ini kau baca.

Ada kala, 
saat kau tersadar telah khilaf, 
karena membaca tulisan gaje punya.

Ya. Ada kala.
Ada kala, hingga akhirnya kau ingin menimpuk seseorang yang telah membuat tulisan gaje nan abstrak ini, dengan buku yang sedang kau baca.

*ditumpuk pembaca
*tangkep bukunya

#IniTulisanApa
#GaJe
#ODOP

Rabu, 20 April 2016

Ketika Yetno Jatuh Tresno

Yetno menghempaskan badannya ke atas kasur kamar kosan. Jadwal kuliah dan beberapa agendanya hari ini cukup menguras tenaga dan pikiran. Terlebih lagi, Pak Jaka, dosen mata kuliah Hukum Pernikahan, memberikan tugas kelompok yang membuat seisi kelas kompak berekspresi "Yaaaah..." dengan muka lemas. Ya, karena tugas kelompok yang diberikan memang sulit dan payah, terlebih bagi Yetno. Bukan, bukan karena Yetno mahasiswa yang kurang cerdas dalam memahami materi, tapi yang membuat kondisi sulit bagi Yetno, karena ia harus sekelompok dengan Anggi, perempuan yang tak jarang membuat jantungnya berdebar tak karuan. Ya, Yetno menyukai Anggi, teman sekelasnya sejak awal pertemuan mereka di semester 3. Anggi adalah mahasiswi pindahan dari Universitas lain.

"Assalamu'alaikum. Maaf, ruang akademik sebelah mana, ya?" tanya seorang gadis berparas ayu dengan balutan gamis dan jilbab unggu.

Kamis, 14 April 2016

Sebuah senyuman

Aku ingin tersenyum. Selalu tersenyum. Bukan karena aku selalu merasa bahagia. Tapi, karena aku ingin bahagia.

Aku tahu, tersenyum di saat hati menangis, itu tidak mudah. Memaksakan agar bibir menarik otot-ototnya ke kiri dan ke kanan, di saat sesungguhnya ia ingin mengkerut saja, itu tak mudah.
Butuh kekuatan hati. Butuh usaha berkali-kali. Bahkan juga, bergolak dengan emosi.

Tapi biarlah. Mungkin ini terasa susah, Namun mencobanya... kurasa juga tak salah.

Karena aku tahu,
Tersenyum memang tidak akan menyelesaikan masalah.
Tapi, dengan tersenyum, semuanya akan terasa lebih mudah.

Maka,
Tersenyumlah :)

-Cici Putri-

Rabu, 13 April 2016

BC BC Gemez

Sebenarnya dari beberapa hari yang lalu udah "gatel" pengen nulis ini. Eh, apa malah dari tahun lalu ya? Ah, pokoknya udah lama sih sebenarnya kerisauan ini ingin ditulis dan disampaikan. Bukan untuk "Sok mengajari" apa lagi "menggurui". Bukan karena merasa "Paling benar" ataupun "cari tenar". Bukan, bukan karena semua itu atau pun alasan yang sejenis dengan itu. Semoga Allah menjauhkannya dariku.

Oke, sekarang langsung aja. Jadi, ceritanya beberapa hari kemarin lagi marak banget BeCa BeCe (baca: Broadcast) tentang bulan Rajab. Yang pada kebagian BC seperti ini pasti udah ngerti dong ya... BC yang dimaksud yang seperti apa. Bagi yang belum tahu, baiklah, akan aku kasih tahu. Ini dia BC-nya. (Rencana mau discreenshoot, tapi kepanjangan. Jadi dicopas aja.)

Selasa, 12 April 2016

Putri Kentang (Part 2-End)

Putri Kentang part 1, baca di sini

***
Tong sampah yang tak teralu besar di sudut kamar penuh dengan bola-bola kertas berbentuk sembarang. Bukan bola sebenarnya, mungkin lebih tepat jika menyebutnya gumpalan kertas yang diremek-remek, ini entah sudah kertas yang keberapa, dan nyaris, jika aku tak bisa mengendalikan diri, habis sudah satu rim kertas HVS, hanya untuk menulis sebuah surat, surat untuk Pini.

'Tuhaaan... Kenapa sesulit ini???' Aku meremas-remas kepalaku yang plontos.

Menulis surat. Ya, mungkin terlihat aneh dan kuno untuk zaman serba canggih seperti sekarang. Tapi, apalah dayaku, ponsel pintarku seakan tak ada gunanya bila aku berhadapan dengan Pini. Bukan karena aku menjadi gagu ketika hendak menghubunginya--walaupun sebenarnya itu salah satu alasannya--tapi, alasan utamanya adalah karena Pini tidak punya ponsel pintar. Jangankan ponsel pintar, ponsel yang tak pintar pun dia tak punya. Karena seperti kalian tahu, Pini hanyalah gadis dari keluarga sederhana, gadis penjual kentang. Namun, kesederhanaan--dan paras ayu--yang dimilikinya inilah, yang membuatku jatuh cinta.

Senin, 11 April 2016

MEMULAI

Seberat-beratnya melangkah, lebih berat lagi untuk memulai. Ya. Memulai. Memulai apa saja. Kerja, memasak, menyelesaikan tugas kuliah, menyelesaikan skripsi, menuntaskan tumpukan cucian, membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Dan tentunya tak terkecuali menulis.

Butuh tekad dan kemauan yang kuat dari dalam diri sendiri untuk bisa memulainya.
Mulai memikirkan kerisauan-kerisauan di hati lalu menuangkannya dalam tulisan.
Mulai untuk peka lebih peka menangkap ide-ide yang berkeliaran.
Mulai untuk meluangkan waktu untuk benar-benar menulis, bukan sekedar menunggu waktu luang.

Untuk memulai, akan ada banyak alasan memang.
Mulai dari rasa malas, malu, takut, dan sebagainya.

Namun, jika kita tidak pernah memberanikan diri untuk memulai, maka sudah dapat dipastikan kita tidak akan pernah sampai--pada tujuan kita--menjadi penulis.

Karena, bukankah untuk sampai pada tangga sepuluh, kita harus melewati tangga satu, dua, tiga, dan seterusnya? Maka, mulailah naiki anak tanggamu sekarang. Langkahkan kaki, jangan takut.
Karena, tak kan pernah sampai orang yang tak pernah memulai.

Dan untukmu yang sudah memulai langkah, jangan berhenti. Teruskanlah. Karena jika kamu berhenti, maka akan sulit untuk memulai lagi.

Semangat memulai, semangat meneruskan langkah.

Semoga jejak-jejak goresan pena, mengantarkan kita ke Jannah-Nya.

-Cici Putri-
@ciciliaputri09


Selasa, 05 April 2016

Putri Kentang

Aku tak tahu pasti sejak kapan aku punya kebiasaan seperti ini. Duduk menunggu seseorang tiap sore di teras rumah. Seseorang yang mungkin bagi kebanyakan orang, tidak begitu penting.  Ya, bisa jadi, karena dia memang bukan orang penting seperti para pejabat ataupun artis ibu kota. Namun bagiku, dia teramat penting. Karena dengan memandanginya di setiap sore, membawa gairah tersendiri bagiku, bagi masa depanku tentunya. 

Memperhatikan caranya tersenyum dengan semua orang, membuat hatiku berdesir, apatah lagi saat dia benar-benar menyambutku dengan senyumnya, hatiku meleleh. Ingin langsung kutemui ayahnya, dan mengajaknya ke kantor KUA. Dia gadis bermata bulat, dengan hitung mancung dan bibir merah munggil. Kulitnya tidak terlalu putih memang, namun bersih. Kelihatan sekali dia adalah gadis yang pandai merawat diri. Ah sungguh istri idaman para suami. Kerudung sederhana, yang menjulur ke dada, tidak terlalu panjang memang, tapi cukup menambah anggun penampilan dan pancaran kecantikkannya.

Senin, 04 April 2016

Sendiri Saja


Akan ada masa
Saat kau ingin sendiri saja
Bersama jam dinding mengeja masa

Menghitung detik-detik yang tlah terlewati
Dalam menapaki perjalanan di muka bumi
atau sekadar mereka kembali mimpi-mimpi.

Akan ada masa,
saat kau ingin sendiri saja,
menikmati senja
Mengumpulkan puing-puing asa,
Yang tlah mulai hilang entah ke mana.

Akan ada masa,
Saat kau ingin sendiri saja.
Menikmati mentari pagi tersenyum manja.
Menerpa wajah,
di bawah sinarnya yang begitu ramah.

Akan ada masa
Saat kau benar-benar ingin sendiri.
Bukan untuk lari.
Hanya ingin merasai
Dan menakar ke dalam diri.
Masih adakah cinta-Nya di hati.

Dan...
Akan ada masa
Akan ada masa
kita
Benar-benar akan sendiri,
Dan mati.


-Cici Putri-

Jumat, 01 April 2016

G.A.L.A.U

Galau.
Ini kata sebenernya berasal dari mana, sih? Kenapa dia sering banget menghampiri? Menghampiri para jomblo yang masih sendiri. *Lah, emang ada jomblo yang nggak sendiri?* Hahahaha. Oke abaikan.

Galau.
Galau seorang yang katanya penulis itu, biasanya ketika nggak ada ide, dan ketika ada ide terus bingung mulai dari mana. Nggak tahu deh ini bener apa nggak. Soalnya aku sendiri masih merasa belum jadi penulis, karena bisanya cuma corat-coret yang berakhir tragis. Hiks.

Galau.
Katanya anak intuiting itu susah move on, makanya gampang galau. Tapi, entah kenapa justru yang aku rasain sekarang beda. Galau bukan karena nggak bisa move on, tapi justru karena terlalu mudah untuk move on. Move dari satu ide ke ide lainnya. Belum selesai satu pengen yang lain, loncat sana loncat sini sesuka hati. Untung hati sendiri, bukan hati orang lain. Kalau hati orang lain kan bisa kacau. *Cici, ngomong apa sih? Pliizz fokus* Oke. Ini udah mulai ngelantur. Maafkan saiah pemirsah.

Galau.
Serius deh. Ini beneran lagi galau karena ide udah berjejer, tapi nggak ada yang beres satupun. Mau buat tulisan buat ikutan Give Away-nya Bang Syaiha juga nggak jadi-jadi, padahal deadline tinggal satu hari. Hiks :'(

Galau.
Berkaitan dengan move on, dan kini aku sadar, terlalu mudah untuk move on tidak baik untuk kesehatan tulisan. Karena tulisan hanya butuh kesetiaan, bukan ide yang berjejal tanpa ada kaitan.

Galau.
Makasi sih, udah mau baca tulisan galau super gaje ini. Dan sebelum ditutup (dikira lagi nge-MC), aku cuma mau bilang. Makasi buat Bang Syaiha dan temen-temen ODOP yang udah berhasil bikin aku "galau" tiap hari.

Salam Galau.

Oh ya, buat Gilang... Selamat kamu udah berhasil buat aku pengen cakar-cakar tembok (iri) karena presensi setoranmu selalu nangkring nomor satu. Dan aku entah kapan bisa begitu. Hiks :'(
Eh, eniwei kamu nggak tidur, ya? Ampe (nyaris) tiap hari selalu setoran jan 00.01 WIB?
Hmmm... Baiklah, dari pada ini semakin galau, gaje dan nggak penting, (sekali lagi) mari kita akhiri.

Salam Galau (Lagi)


#UdahGituAja
#MaafUdahBikinKeselKarenaBacaTulisanGaje