Selasa, 25 Oktober 2016

Make (to the) Up

Hmm... Melihat gambar ini, apa yang sedang Anda pikirkan? #PertanyaanKepo #AlaAlaFacebook

Pic from OWOP Group

Duh, jerawatku... liat deh, masa udah nongol aja di sini? Kan malu. 

Eh sis, tahu nggak? Produk anti aging X lagi diskon loh. Murah. Cuma 399.000.

Ih seneng banget deh, habis ke salon.
Emang nggak mahal?
Murah kok, lagi diskon, tadi aku paket komplit cuma 500ribuan.

Duh, ini muka kenapa sih... kering gini, trus ada bintik-bintik.
Eh, aku punya temen yang jual kosmetik yang cocok loh buat muka kamu, tapi mungkin harganya agak mahal sih. tapi bagus. dijamin.
Ah, yang bener? 
Iya, udah banyak yang pake.
Harganya? 
799ribu.
Wah, lumayan ya... tapi nggak papa deh, yang penting mukaku mulus.

Gimana? Familiar dengan kata-kata di atas? Atau kamu menjadi salah satu pelakunya. #Eh Pelaku yang kerjaannya mikirin penampilan, biar menarik, biar dilirik. Rela nguras kantong demi tampil cantik. Dan lama-lama nggak sadar, kalau ternyata waktu dan pikirannya udah habis cuma buat mikirin dan nyingkirin jerawat, kulit berminyak, dan kawan-kawannya.

Hmm... Jadi teringat beberapa tahun lalu, saat mukaku penuh jerawat, bahkan bisa dibilang udah kayak parutan. orz.

Itu terjadi di masa-masa kuliah, saat aku jadi orang (sok) sibuk se dunia. Maka ketika pasukan jerawat menyerang, aku tak berdaya. Mereka berhasil membajak mukaku yang mulus sedari sekolah dulu. Dan tragisnya, aku tak mampu berbuat apa-apa.

Awalnya aku sih (berusaha untuk) enjoy aja. Tapi, saat semua orang makin "heboh" karena melihat perubahan di wajahku (red: makin berjerawat), maka saat itulah, stress-ku meningkat, "Duuuh... ini muka kenapa sih? Nih jerawat rese amat." #stresssendiri

Keinginan untuk menyingkirkan para pembajak pun akhirnya semakin meningkat setiap hari. Mulai googling, tanya obat sana sini--walau belum sempat beli yang mahal karena kendala dana--sampai ini dan itu. Hingga akhirnya, pada suatu sore, ketika mengikuti sebuah kajian bersama teman-teman kampus, sang ustadz berbicara,

"Terkadang, kita terlalu sibuk dan membuang-mebuang  energi hanya untuk hal-hal sepele, sehingga kita lupa untuk berpikir dan melakukan hal-hal besar untuk agama dan negara kita. Kita terlena dan sibuk dengan hal-hal yang sama sekali tidak mengubah penilaian Allah terhadap kita. Dan kita, sering terlalu perhitungan untuk mengeluarkan uang/infak di jalan Allah, tapi sangat mudah untuk membeli kesenangan dunia, padahal hanya sementara."

#Jlebb

Saat itu juga, entah ada hidayah apa, perkataan sang ustadz seperti menamparku. "Ya ampun... cuma jerawat aja pake aku pikirin berlebihan gini? Ini kan cuma masalah kecil, kalau Allah bilang jerawatnya ilang, ya tinggal ilang."

Fix, mulai saat itu, aku putuskan untuk tidak lagi memikirkan jerawat. Aku fokus pada tujuan-tujuan dan impianku, serta fokus menyelesaikan amanah-amanhku. Ngapain mikirin jerawat, jerawat aja nggak mikirin aku. :D

Maka, setelah aku perlahan mengubah mind set tentang jerawat (hal sepele), dan mulai fokus pada hal-hal besar, saat itu Allah nunjukkin jalannya. Jerawatku hilang "seketika" #LompatLompatGirang, bahkan ada temen yang ngira aku berobat ke dokter. :D (Kisah tentang jerawat ini, bakal aku tulis lagi next time, plus tips ngilangin jerawat ala Cici. Insyaa Allah. Tungguin yak... hehe)

Kembali pada apa yang disampaikan ustadz tadi, ya kita terlalu sering menguras energi dan pikiran untuk hal-hal sepele, yang mungkin sama sekali  tidak menambah kecintaan Allah pada kita. Kita sibuk memperbaiki diri di hadapan manusia, tapi lupa memperbaiki diri agar terlihat "cantik" di mata-Nya.

Kita rela meronggoh kocek hingga ratusan bahkan jutaan rupiah hanya untuk sebotol krim pencerah, baju baru, gadget, tiket konser, nonton film, beli DVD, dan sebagainya, tapi sangat perhitungan ketika hendak membeli kitab fiqih, al-qur'an, berinfak, atau bahkan sekedar untuk men-download ceramah atau aplikasi qur'an di gadget kita.

Kita, kita dan kita, terlalu sibuk dengan dunia. Kita sibuk mencari dan memoles "make up" yang sesuai agar terlihat cantik dan menarik, agar terlihat gaya dan berwibawa, agar terlihat keren dan kekinian, agar terlihat begini dan begitu. Kita sibuk dengan "make up", sehingga kita lupa untuk "make our self to the up".
Kita lupa meng-upgrade diri agar semakin tinggi di hadapan-Nya.

Ya, kita. Lagi-lagi kita. Terlalu sibuk dengan "make up" dunia.
Rabbana, faghfirlana.


-Cici Putri-
Duri, 251016



3 komentar:

  1. Ahahaa... Jadi inget tante2ku yang super heboh tiap kerumah ketemu aku masih jerawatan. Duh

    akunya cuek aja...disuruh perawatan ini itu cuma ku iyain doang. Hahaha..
    Alhamdulillah, ngga jadi korban iklan *tutupmuka

    BalasHapus
  2. Inspiratif,
    Bagus banget nih buat kita2 yang demen banget penampilan secara berlebihan.

    Thank you Ci..

    BalasHapus
  3. setuju mba cici, make up bisa nomor sekian..

    kalau aku pribadi sih mnding gak pake make up yang penting kitanya nyaman dan tidak ketergantungan ahaha lumayan menghemat biaya bulanan..

    BalasHapus