Kamis, 09 Juli 2015

Mojok

Mojok.
Satu kata yang berasal dari kata pojok yang berarti sudut. Mojok, kata yang belakangan lebih terkenal dengan konotasi negatif. Sering dipakai untuk menggambarkan suasana orang yang sedang berduan (baca: pacaran). Hmmm... Bingung juga dari mana istilah ini berasal, dan kenapa mojok sering diindentikkan dengan pacaran. Apa karena orang yang lagi pacaran sukanya emang cari tempat dipojokan? Biar aman dari gangguan? Atau biar puas berduan? Apapun itu alasannya, yang jelas bagiku, setiap mendengar kata "ada orang yang mojok", bawaannya keki. Bukan karena cemburu atau iri, tapi karena gak habis pikir, kenapa si cewek mau-maunya aja diajak sepi-sepian dipojokan. Dan ujung-ujungnya nanti... Ah sudahlah. Tidak perlu lagi dijelaskan.

Tapi, ngomong-ngomong soal mojok. Malam ini aku suka liat orang mojok. Mendadak jatuh cinta pada mereka yang sedang mojok. (Gimana sih? Tadi gak suka, sekarang kok suka?) Hehe.
Karena mojok kali ini beda. Yang mojok pada teduh wajahnya. Mereka mojok emang karena cinta, bahkan hanyut di dalamnya hingga dini hari tiba. Ya. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang sedang bertaqarub pada-Nya. Menikmati sepuluh malam terakhirnya. Menyelami setiap pesan yang ada dalam surat cinta-Nya.
Alunan syahdu bait-bait kalam-Nya, mengalir indah dari mulut-mulut insan yang mulia. Yang berusaha menyingkirkan godaan dunia yang tengah merajalela, hingga kebenaran dan kesalahan seolah terlihat sama. Mereka hamba-hamba Allah yang tengah menikmati hari-harinya di rumah Allah. Berharap di penghujung Ramadhan ini, Sang Kekasih sudi memberikan ampunan dan mengabulkan segala pengharapan.
Dan tentu saja, pengharapan tertinggi mereka adalah bisa berjumpa dengan-Nya dalam indahnya taman surga. Bersama Rasulullah, para sahabat dan keluarga tercinta.
Begitulah mereka. Malam semakin larut. Namun cinta mereka tak kenal kata surut.
Diam-diam, aku menatap mereka.
Ada rasa cemburu menyelinap dalam dada.
Ya Rabbi, izinkan aku berlama-lama menikmati suasana ini.

Malam semakin syahdu, dengan alunan ayat cinta yang begitu merdu. Semua khusyuk dalam do'a dan tartil tilawahnya. Mungkin inilah taman-taman surga di dunia. Do'a-do'apun begitu banyak dilantunkan. Berharap beroleh ampunan dan keberkahan Ramadhan.

Ya Rabb... Izinkan aku menjadi salah satu hamba-Mu yang memperoleh ampunan.
Engkau tahu, sebenarnya begitu banyak yang aku inginkan. Tapi, apalah daya. Jika teringat dosa, menadahkan tanganpun aku tak kuasa.

Ya Rabb... Sungguh malam ini, di Ramadhan yang mulia dan penuh ampunan ini. Aku berharap segal dosa Kau ampuni. Jika di bulan Ramadhan yang penuh ampunan ini saja aku tak beroleh ampunan-Mu, maka di bulan manakah lagi aku pantas untuk mendapatkannya? Sungguh aku tak sanggup membayangkannya.

Ya Rabbana. Faghfirlana.

-cici putri-
@ciciliaputri09
08/07/15

Minggu, 05 Juli 2015

Bolehkah?

Bolehkah ku katakan cinta? Pada mereka yang selalau khusyuk dalam sujudnya.

Bolehkah ku sampaikan rindu? Pada mereka yang terbakar semangat menuntut ilmu.

Bolehkah ku titipkan sayang? Pada mereka yang selalu membaca Qur'an tak terbilang.

Mereka membuatku cemburu.
Mereka membuatku tertunduk malu.
Tapi, aku tak mau berdiam diri selalu.
Kan ku kejar jua cinta itu.
Rasa cinta yang terbakar rindu.
Pada Rabb yang Kasih Sayang-Nya selalu menjalar di setiap aliran darahku.

Ya Rabb...
Engkaulah Sang Maha Cinta
Maka kau jua yang hadirkan rasa cinta dalam hati setiap hamba,
Maka hiasilah cintaku akan rindu pada-Mu, hingga rasa sayangku menebar ke seluruh bumi, sebagai bekalku menuju surgawi.


-cici putri-