Sabtu, 24 September 2016

Terima Kasih, Bukan Aku.

Ceritanya tadi pagi, tepatnya ba'da subuh, aku nyempetin diri buat buka youtube.Sebenarnya nggak ada yang penting-penting amat yang harus dicari pagi buta gini, ditambah lagi beberapa kerjaan rumah sudah menanti. Tapi, demi sebuah kalimat, "Sayang, daripada mubazir nggak ke pake (red: kuota malam paket internet masih banyak tapi masa berlaku udah mau habis)," maka jadilah pagi tadi aku men-download beberapa video ceramah Aa Gym. #BukanPencitraan

So, selama lebih kurang satu jam, alhamdulillah ada tiga video yang berhasil aku download. Jadilah pagi tadi, iseng-iseng sambil bersih-bersih rumah, aku putar video yang barusan aku download. Nggak bisa nontonnya sih, tapi yang penting bisa denger suaranya. :D

Menjelang akhir sesi ceramah yang berjudul "Menyikapi Takdir" ada satu hal yang menarik dan sayang kalau aku simpen sendiri.
Maka aku ingin berbagi dengan teman-teman semua. Dalam ceramah tersebut Aa Gym menceritakan sebuah kisah, kisah tentang seorang ibu yang punya suami pemarah. Ketika sang ibu bercerita tentang suaminya yang pemarah, dan ternyata si ibu begitu sabar menghadapi suaminya yang pemarah ini, maka Aa Gym pun bertanya, "Maaf ibu, lalu apa sebenarnya yang membuat ibu bisa bertahan dengan suami yang pemarah seperti itu? Apa yang ibu lakukan?"

Sang ibu menjawab, "Ketika suami saya marah-marah, saya hanya diam saja. Dan di dalam hati saya selalu bersyukur dan huznudzon kepada Allah. Saya selalu bilang pada Allah, ya Allah terima kasih, bukan aku yang Kau jadikan punya sifat pemarah. Terima kasih ya Allah karena Engkau telah menjadikanku orang yang diberi kesempatan untuk bersabar."

Subhanallah... See! Betapa dahsyatnya pemikiran si ibu ini. Dia melihat sesuatu dari sisi sebaliknya. Sampai-sampai seorang ustadz seperti Aa Gym pun kagum dan mengambil pelajaran darinya. Ya, dari si ibu kita belajar bersyukur, belajar menerima takdir Allah, dan belajar untuk selalu huznudzon pada Allah. 

Ketika sesuatu menimpa kita, maka sudah pasti ada hikmah di baliknya. Dan sikap ibu ini dalam menghadapi ujiannya tentu bisa kita jadikan bahan "contekan" untuk masalah kita.

Ketika kita ditipu, "Ya Allah... Terima kasih, Engkau telah jadikan aku orang yang ditipu, bukan orang yang menipu. Alangkah celakanya, jika aku menjadi penipu."

Ketika kita disakiti, "Ya Allah... Terima kasih, Engkau telah jadikan aku orang yang tersakiti, bukan oang yang mennyakiti, semoga ini menjadi jalan penggugur dosa-dosaku."

Ketika dikhianati, "Ya Allah... Terima kasih, Engkau beri aku kesempatan menjadi orang yang dikhianati, bukan yang mengkhianati. Karena aku tahu khianat adalah sifat yang Kau benci, dan aku tidak ingin menjadi yang kau benci."

Segala sesuatu akan menjadi baik, jika kita bisa menyikapinya dengan baik. Ya Allah, terima kasih telah memberikanku pelajaran untuk hari ini.

-Cici Putri-
Duri, 240916


4 komentar:

  1. Aaakkk, terharu bacanya. :""
    Makasih, KakCi buat ilmunya. Hihi

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Mbak Ci....terimakasih ilmunya hari ini...

    BalasHapus
  4. Semoga stock sabar pada diri kita bertambah dan terus bertambah

    BalasHapus