Kamis, 14 Mei 2015

Malaikatnya Allah






Sore itu, aku pergi menemui salah seorang AgDis. AgDis adalah singkatan dari Agen Distributor, orang yang bekerjasama denganku dalam hal penjualan produk-produk Sumayyah Collection (SC). Sebuah usaha yang aku rintis ketika di Pekanbaru beberapa waktu lalu. Awalnya Sumayyah merupakan lembaga private, yang lama kelamaan karena melihat peluang, mulailah usaha ini aku kembangkan untuk menjual beberapa jenis keperluan muslimah, seperti jilbab, manset, kaos kaki dan lain-lain. Dan sekarang Sumayyah juga memasarkan buku-buku islami, hal ini bermula sejak aku hijrah ke Bandung karena melanjutkan study S2.

AgDis yang kutemui sore ini di salah satu ruas kota Bandung, sungguh luar biasa. Betapa tidak, perkenalan kami belum sampai satu bulan. Tapi, ketika bertemu sungguh terasa ada ikatan yang luar biasa. Padahal sebelumnya kami hanya komunikasi via Whatsapp, dan itu berarti ini adalah pertemuan kami yang pertama. Tapi, bukan karena kami baru bertemu yang membuatku mengatakan dia adalah sosok yang luar biasa, itu semua karena semangatnya yang luar biasa dalam hal berdagang. Yang aku rasa patut diacungi jempol. 

AgDis yang satu ini sedikit berbeda dengan AgDis lainnya yang rata-rata adalah mahasiswa, AgDis yang ini adalah seorang ibu-ibu dengan dua orang putri yang masih kecil-kecil dan beliau adalah seorang guru TK. Bayangkan, seorang guru TK dengan dua orang putri yang masih butuh banyak perhatian begitu gigih mengejar rizki dengan bergabung menjadi agen, dan yang mengejutkan dari penuturan beliau adalah untuk keperluan sehari-hari dan keperluan anak, alhamdulillah saya tidak perlu minta suami. Kalau dikasih ya diterima kalau tidak in syaa Allah hasil mengajar dan jadi agen ini cukup, begitu katanya. Subhanallah, luar biasa. Seorang ibu yang mandiri. Aku membatin.

Ingin rasanya aku berlama-lama bertukar pikiran dan bercengkerama dengan ibu muda yang satu ini, berharap ia bisa menularkan semangat perjuangan dan kegigihannya padaku. Tapi apalah daya, aku harus segera pergi karena hari sudah semakin larut dan aku harus bergegas untuk berangkat menuju masjid Darut Tauhid (DT) untuk mengikuti kajian.

Dalam perjalanan menuju DT, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan suasana perjalanan kali ini. Kenapa jalanan sepi ya? Batinku. Tapi, ah mungkin hanya perasaanku saya karena aku tidak melewati jalan yang sama ketika hendak pergi tadi. Yang jelas aku tadi sudah mengikuti petunjuk orang yang mengatakan, ini adalah jalan menuju pesantren Aa Gym. Aku mencoba menghilangkan pikiran yang macam-macam dan menenangkan diri dengan banyak berdzikir. Tapi, semakin aku memacu motor menyusuri jalan ini, semakin ke sini semakin terasa sepi, hanya pohon dan bebukitan di sekeliling. Astaghfirullah. Jangan-jangan aku kesasar? Aku mulai cemas.

Aku semakin ragu, benarkah ini jalan menuju DT? Atau tadi seharusnya bukan ambil jalan yang ini? Ya Allah berilah hamba petunjuk. Aku terus berdzikir dan memohon pertolongan Allah, sambil terus mengingatkan dan mengendarai motor lambat-lambat. Akhirnya aku melihat sebuah kedai di tepi jalan, aku lihat yang punya kedai seorang bapak-bapak. Mungkin lebih baik aku bertanya, daripada tersesat semakin jauh. 

"Punten Pak, kalau mau ke DT tempatnya Aa Gym apa benar lewat sini?", tanyaku.

"Neng mau ke mana? Kalau mau ke pesantren eko nya Aa Gym memang lewat sini, neng lurus aja. Tapi kalau neng mau ke masjid Darut Tauhidnya  Aa Gym yang di Gerlong, neng harus turun lagi", Bapak itu menjelaskan.

"Astaghfirullah. Jadi ini jalan mau ke pesantren eko ya, Pak? Saya bukan mau ke sana, Pak. Tapi mau ke masjid Darut Tauhid yang di Gerlong, jauh gak Pak dari sini?"

"Jauh neng, lumayan. Neng harus turun lagi kira-kira empat kilo".

Aku kaget mendengar jawaban dari si Bapak, Ya Allah berarti dari tadi aku salah jalan, dan itu berarti aku harus putar balik melewati jalan yang sepi tadi. Tapi aku tidak punya pilihan lainnya, mau tidak mau harus kembali melewati jalan yang tadi. Hari semakin gelap, suasana terasa semakin mencekam bagiku, ditambah lagi lampu motor yang mati. Ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini. Aku terus memperbanyak dzikir dan berdo'a pada Allah. 

Masya Allah. Tiba-tiba ada mobil di depanku. Aku kaget, dari mana datangnya mobil ini? Padahal sedari tadi jalanan sepi, seperti hutan tanpa penghuni. Tak lama setelah munculnya mobil yang ada di depanku, tiba-tiba saja ada satu mobil lagi mengiringi di belakangku, dan sekarang posisiku tepat berada di antara dua mobil. Alhamdulillah. Suasana mencekam terasa sedikit berkurang. 

Aku terus memacu motor dengan kecepatan sedang, berusaha memposisikan kendaraanku tetap pada posisi di antara dua mobil ini hingga tiba di jalan yang sudah kembali ramai. Dan sungguh aneh, ketika tiba di jalan yang mulai ramai, aku melihat mobil yang sedari tadi mengiriku hilang entah kemana. Ya Allah, aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja aku alami, mungkin itu mobil malaikat. Pikirku. 

Sesampainya di Masjid DT aku melirik jam, ternyata masih jam tujuh kurang. Syukurlah. Itu artinya aku masih sempat sholat maghrib, padahal awalnya aku mengira hari sudah pukul sembilan malam, karena suasana di luar sudah begitu gelap. 

Seusai sholat maghrib, semua jama'ah di masjid mendapat tausiyah singkat dari Aa Gym, kali ini judulnya CSB, yang artinya Cepat ingat Allah, Serahkan pada Allah, Bulatkan keyakinan pada Allah. Masya Allah, luar biasa. Aku nyaris meneteskan air mata mendengar tausiyah itu. Terasa Allah langsung memberikan materi dan ujian praktek di waktu yang sama. Kembali teringat kejadian yang baru saja aku alami. Berjalan sendiri di jalan yang tidak diketahui dalam keadaan gelap dan sunyi. Syukurlah saat itu aku Cepat ingat Allah dan memasrahkan serta memohon pertolongan pada-Nya hingga Dia mengirimkan dua mobil yang bagiku itu adalah mobil malaikat dari-Nya. 

Sungguh hari ini aku mendapat pelajaran yang luar biasa. Keyakinanku pada-Nya semakin terasa kuat menghujam dalam dada. Ya Allah terima kasih atas pertolongan dan pelajaran  berharga dari-Mu untuk hari ini.


*Ditulis ulang dari kisah nyata pengalaman seorang teman yang sedang merantau di kota Bandung.

1 komentar: