Rabu, 20 Mei 2015

Bukan Kisah di Negeri Dongeng


Asslkm. Lili sayang, gimana ujian semesternya? Sdh selesai? Jadi pulang hari ini?

Sebuah pesan singkat yang dikirim Maya untuk anaknya. Sebuah sms sebagai bentuk perhatian dan untuk memastikan rencana kepulangan anaknya hari ini.


W'slm. Alhamdulillah ujian tadi pg lancar ma, tinggal ujian terakhir siang ini. Do'ain lancar ya ma. Habis ujian li2 lgsg pulang, udah pesan travel tadi. Udah g sabar mau plg jmpa mama. Hehe.

Ya, In syaa Allah. Ma2 sllu doain yg trbaik anak mama. Mama tunggu drmh ya,,, mama udh siapin sesuatu buat kamu. :)

Sesuatu? apa tu ma? jd pnasaran. Makin g sabar mau cpt2 plg...

Ada deh, rahasia. Namany jg surprise. Hehe. Semangt utk ujian siang ini ya sayang... :*

Hmm... Mama. Memang selalu bisa bikin anaknya kangen berat. Pake bilang ada surprise lagi. Bikin Penasaran aja. Lili membatin.

***
"Assalamu'alaikum... Lili pulang".
"Wa'alaikumussalam... Eh. Anak cantik mama udah pulang. Sini ikut mama. Ada yang mau mama tunjukin ke kamu. Tapi, sebelumnya kamu harus pake ini dulu", kata Maya sambil menunjukkan kain penutup mata.

"Iiih... Mama. Kok pake tutup-tutup mata segala sih? Jadi makin penasaran deh". Lili berkomentar manja, dari sorot matanya terpancar kebahagian dan rasa penasaran. Ah Mama. Selalu saja bisa membuatku merasa spesial, batinnya.

Lili menurut. Maya mengikatkan kain, menutup mata anak gadisnya.

"Oke. Udah. Sekarang kamu jalan pelan-pelan ya... Sini mama tuntun, biar gak nyasar. Hehe"

Maya menuntun Lili menuju halaman belakang rumah.
"Oke. Kita udah sampai." Maya menghentikan langkahnya, dan mengisyaratkan aba-aba berhenti pada Lili.

"Udah sampai ya, Ma? Berati udah boleh dibuka dong tutup matanya".

"Iya boleh. Tapi sini, biar mama aja yang buka". Maya melepaskan ikatan kain penutup mata Lili.

Lili membuka mata. Dia menatap ke depan. Tepat di depan matanya, dia melihat sebuah pintu kayu berlanggam seperti pintu di negeri dongeng. Terdapat balutan tanaman bunga yang menjalar menghiasi pintu dan pagar di sampingnya. Lili terkesima. Tak percaya dengan apa yang ada di depannya saat ini. 

"Subhanallah. Ma, cantik banget... Ini kebun bunga kita, Ma? Sekarang mama kasih pagar dan pintu kayak gini. Ini semua mama yang buat?" Lili mendekati pintu dan tanaman bunga di sekelilingnya.

"Iya sayang. Ini semua mama yang rancang. Tapi untuk buat pintu dan masangin pintunya tentu mama butuh bantuan tukang. Hehe. Dan ini semua spesial untuk kamu." Kata Maya sambil tersenyum.

"Aaaak... Mama. Baik banget sih". Lili memeluk Maya manja.

 Maya membalas pelukan anaknya dengan hangat, mengusap perlahan kepala anak gadisnya yang beranjak dewasa seraya berkata,"Sayang, kamu tahu gak kenapa mama buat semua ini?"

"Gak tahu". Lili menggeleng.

"Karena mama tahu kamu suka banget sama bunga, dan pintunya sengaja mama design ala negeri dongeng kayak gini karena mama tahu kamu suka menghayal jadi tuan putri gara-gara suka baca dongeng ala cinderela". Maya mencubit pipi anaknya.

"Aaaak. Mama bisa aja. Aku kan malu". Lili tersipu.

"Sayang. Lili cantik anak mama satu-satunya. Kamu boleh aja berkhayal jadi tuan putri dan mengharapkan suatu saat akan datang seorang pangeran tampan berkuda putih datang menjemputmu. Tapi, lebih dari itu semua... Kamu juga harus mempersiapkan diri untuk menerima, jika apa yang kamu impikan tidak sesuai dengan kenyataan yang kamu hadapi nantinya. Karena kita hidup di dunia nyata. Bukan di negeri dongeng yang ceritanya selalu happy ending dan seperti kata si pendongeng selalu bilang 'Dan akhirnya mereka hidup bahagia selamanya'. Tidak sesederhana itu sayang. Tapi justru ketika kamu telah bertemu pangeranmu nanti, di situlah petualangan baru dimulai. Akan ada banyak rintangan, badai topan dan jalan terjal yang siap menguji iman dan kesetiaan kalian berdua. Maka mulai hari ini, mama berharap kamu persiapkan diri untuk segala kemungkinan apapun yang akan terjadi nanti. Jika yang akan menjadi pasangan perjalanan hidupmu nanti tidak setampan dan semapan pangeran impian, tapi terimalah ia dengan iman. Karena iman yang akan selalu menghadirkan rasa nyaman, walau hidup kadang terasa begitu melelahkan. Kamu paham kan maksud mama?" Kata Maya seraya tersenyum menatap anaknya.

"Iya, Ma. In syaa Allah Lili akan selalu ingat kata-kata mama. Makasi ya, Ma. Mama emang mama terbaik di dunia." Kata Lili sambil memeluk Maya.

"Nah. Syukurlah kalau kamu sekarang sudah paham. Kalau gitu gimana dengan pangerannya sekarang? Apa kuda putihnya udah mau sampai ke rumah kita?"

"Iiiiih.. Mama. Ya belumlah ma. Pangerannya aja entah masih di dunia belahan mana. Belum nemu, Ma."

"Loh? Masa sih belum ketemu? Jadi Bobby itu siapa? Bukan dia pangerannya?" Maya menggoda.

"Bukanlah, Ma. Bobby cuma temen. Kebetulan satu organisasi, kalau ketemu juga karena urusan organisasi doang."

"Aaah... yang beneeer... masa sih."

"Iya, Ma. Beneran." Muka Lili mulai merah tomat.

"Ciee... cie... yang mukanya mulai merah."

"Ih, mama apa-apaan sih. Udah ah. Aku mau masuk dulu. Cari makan. Laper." Lili beranjak, dan masuk ke dalam rumah.

"Eh. Ditanyain kok malah kabur. Ntar pangerannya ikutan kabur loh. Hehe." Lili tetap berlalu. Sementara Maya masih di tempatnya semula. Menatap pintu dan pagar yang mengelilingi kebun bunga yang dari dulu ia rawat berdua, bersama Lili.

Sayang. Semoga perjalanan hidupmu nanti seindah taman bunga kita. Dan kecintaanmu pada-Nya sekokoh dinding istana.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar