Jumat, 08 Mei 2015

Kehilangan dan Kesedihan

Sejatinya sesuatu itu tidak hilang,
Hanya pergi untuk terus melanjutkan perjalanan
Karena pengembaraan, bukan akhir dari perjalanan
Tetapi, pengembaraan hanya tempat berteduh bagi kehidupan




Mungkin kita semua pernah merasakan kehilangan. Kehilangan akan sesuatu, misalnya. Apapun sesuatu yang hilang, kadang menyakitkan. Tetapi… perempuan itu mengajarkanku arti kehilangan.

Hari itu, aku melihatnya. Seorang perempuan yang baru saja kehilangan anaknya. Sebagaimana ibu-ibu yang lain, perempuan ini tentunya punya perasaan yang sama terhadap anaknya. Rasa cinta dan sayang yang begitu mendalam kepada buah hatinya. Namun, yang membuatku heran, perempuan itu tenang-tenang saja. Ia tidak terlihat sedih apalagi menangis. Aku jadi penasaran, bagaimana mungkin seseorang yang telah kehilangan bisa setenang itu?
Ketika senja sedang menyemai di ufuk langit, aku melihat perempuan itu duduk di kursi panjang berwarna cokelat. Ia duduk di tengah-tengah taman bunga. Mata indahnya sedang menatap bunga-bunga tulip yang sedang bermekaran. Aku berusaha mendekatinya, menanyakan apa yang menyebabkannya begitu tenang? Namun, ia tidak menjawab. Ia langsung pergi meninggalkanku begitu saja tanpa pamit.

Aku penasaran, aku berusaha mencari tahu apa penyebab perempuan itu bisa begitu tenang, walaupun sejujurnya aku bisa merasakan kesedihan mendalam yang berusaha ia sembunyikan. Ini pertama kalinya aku melihat ekpresi kesedihan setenang itu, bahkan aku belum pernah melihat seseorang yang begitu tenang di atas kesedihannya, sebagaimana tenangnya perempuan ini menghadapi kesedihan yang ia sembunyikan.

Perempuan itu adalah orang yang selalu aku perhatikan, aku dekati dan yang selalu aku ingin bahagiakan. Tak jarang, hari-haripun sering aku habiskan untuk bercengkrama bersamanya. Jika perempuan itu kehilangan, sudah sepantasnya aku turut menemaninya, walau hanya diam di sampingnya. Mungkin ia kelihatan tenang, namun tidak ada yang mengetahui jika hatinya bersedih, bukan?

Akhirnya, pagi kembali menemukanku kepada perempuan itu. Ia sedang berjalan-jalan di sekitar taman bunga. Aku memandanginya. Dia melihatku, lalu dia tersenyum. Aku mendekatinya.

Aku ingin sekali mengajaknya bicara, bertanya tentang rahasia ketenangan jiwa yang ia punya.
Ada apa?” aku berusaha mengajaknya bicara. Menatap penuh cinta ke dalam bola matanya.

“Tidak apa-apa,” jawabnya pelan.

“Kau kehilangan seseorang, kan?”

“Ya, kamu telah mengetahuinya sekarang,” katanya sembari tersenyum.

“Mengapa kamu tersenyum, bukankah kamu sedang kehilangan seseorang yang kamu cintai?”

“Apakah jika aku bersedih semua akan kembali?”
Spontan aku tersadar. Tatapan matanya seakan telah menjawab semuanya. Seolah-olah percakapan barusan benar adanya. Walau akhirnya aku tahu, itu hanya terkaan yang ada dipikiranku. Secara nyata dia memang tidak mungkin berkata-kata untuk menggungkapkan semua rasa yang bergolak di dalam dadanya. Tapi, semua itu. Kesedihannya. Ketegaran dan kekuatannya. Bisa terlihat jelas dari raut wajah dan sorot matanya yang indah.

Coomoy. Kucing betina yang baru saja kehilangan anaknya. Tanpa sadar ia telah mengajariku banyak hal tentang kehilangan dan kesedihan.

"Tidak ada gunanya terlalu bersedih, karena kesedihan akan kehilangan tidak akan mampu membawanya kembali padamu. Ikhlaskanlah... Lepaskanlah semua, karena semua hanya titipan-Nya."



NB : Tulisan ini merupakan tantangan dari sahabat saya Wildan Fuady (Penulis buku "Belajar Bisnis Ala Rasulullah selagi mahasiswa, Why Not?) , yang kemarin ngasih tantangan untuk membuat versi berbeda dari tulisannya. Ini tulisan aslinya cekidot gaes Perempuan itu, mengajarkanku arti kehilangan

7 komentar:

  1. Kacruuut, Ciciii. Kukira perempuan mana. Ternyata emak kucing! Gubrak XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha... ada emak2 marah.. lol


      Tp tetep ada hikmah yg bisa diambil kan ya?? Hehe

      Hapus
  2. Menjejak.

    aku pernah kehilangan tp ga merasa sedih. Krn waktu itu aku ga ngerti apa itu sedih.
    baru terasa sedih n hampa saat belasan tahun kemudian :)

    salam owop:)

    BalasHapus
  3. "Perempuan itu adalah orang yang selalu aku perhatikan"

    Aku kok agak aneh baca kalimat yang itu Ketika tau endingnya hhe

    Pesannya bagus, Ci. Dalem :D 

    Dari Abu Musa bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila anak seorang hamba meninggal dunia maka Allah berfirman kepada para malaikat-Nya, 'Apakah engkau telah menggenggam anak dari hamba-Ku itu?’ Para malaikat menjawab, 'Ya.' Allah berfirman, 'Apa yang dikatakan hamba-Ku itu?' Para malaikat menjawab, 'Segala puji bagi-Mu dan dia mengucapkan istirja' (inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, pen). Lalu Allah berfirman, 'Bangunkan baginya sebuah rumah di surga dan namakanlah rumah itu dengan nama ‘rumah pujian.’"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah..om cuhel luar biasa sekali...

      Kata tmn aku, itu emg inspirasinya dr kucing yg bru kehilangn anakny yg bru lahir om, jadilah pas aku kasih masukan dia malah nyuruh aku yg buat versi lainnya. Nah, bginilah jadinya.. hehe

      Hapus
  4. Iyaa.. Kalo org betulan masih pas. Ternyata akhirnya kucing hhe

    BalasHapus