Sabtu, 21 Maret 2015

Si Greeny

Kali ini lagi dapat challenge give away dari salah seorang teman untuk buat tulisan tentang si ijo 3 kilo. Oke. Challenge accept. Aku akan menulis tentang si ijo yang satu ini, dan biar lebih asik aku menamainya "Si Greeny".

Entah tahun berapa bermula, saat si Greeny mulai dibagi-bagikan ke masyarakat di segala penjuru, di bumi pertiwi. Tapi seingat aku sih sekitaran tahun 2000an saat Pak SBY menjabat sebagai Presiden untuk periode pertama (Mudah-mudahan bener. hehe).  Katanya sih ini program pemerintah dalam rangka pengalihan minyak tanah ke bahan bakar gas. Agar lebih hemat. Tau deh... yang dimaksud hemat itu yang gimana. karena aku belum melakukan research soal ini. hehe. Tapi, apapun itu, yang jelas secara pribadi menurut aku emang lebih hemat sih. Ya, minimal hemat waktu, karena masak jadi lebih cepet, dan gak perlu berlama-lama nungguin masakan mateng. Apalagi kalau masak pake si Greeny dan pasangannya tentunya (Baca: kompor gas) ini, aku gak perlu repot-repot buat nyari korek api atau sejenisnya buat nyalainnya. Cukup tekan dan putar tombol. Ceklek. Nyala deh apinya. Langsung biru dan rata lagi. Gak perlu nunggu dulu kayak kompor minyak buat memastikan apinya rata atau belum. Nah, itu tuh salah satu hemat menurut versi aku kalau kita make si Greeny dan partnernya. :D

Oke. Back to cerita bagi-bagi si Greeny tadi. Jadi ceritanya, waktu si Greeny dibagi-bagikan dulu, Alhamdulillah di rumahku udah lama juga makai gas buat keperluan memasak sehari-hari. Tapi makai si tabung biru yang non-subsidi. Nah, pas ada pembagian si Greeny, ternyata kami kebagian juga. Lalu akupun bertanya sama mama, "Ma, kita dapat jatah tabung juga ya ma?" tanyaku polos.
"Iya, dapat. Kan semuanya kebagian, tiap Kepala Keluarga (KK) dapat satu." mama menjelaskan.
"Ooo.. gitu. Kirain cuma untuk yang kurang mampu aja ma." kataku.
"Gak. Emang semua dapat kok, kan udah dihitung berapa jumlah KK per desa." mama menambahkan.
"Oh. Gitu ma." akupun tidak terlalu ambil pusing soal ini. Maklum dulu masih polos. Jadi gak mau musingin hal-hal yang belum makanan aku. hehe

Akhirnya si Greeny dan parntnernya  pun sekarang ada di rumahku. Tapi sayang, dia jarang digunakan. Karena si biru masih ada, paling untuk cadangann sementara aja, kalau si biru mendadak habis. Bukannya sok kaya jadinya gak pakai si Greeny yaaa, bukan karea itu. Tapi karena yang biasa urusan beli dan pasang tabung gas itu adalah papaku, dan beliau males kalau harus ngisi berulang-ulang karena Greeny beratnya cuma 3 kg, dan untuk membelinya juga cukup jauh. Karena itu, Si Greeny pun sering jadi penganggura di rumahku. :D

Si Greeny mulai terasa manfaatnya saat aku kuliah di tahun ketiga. Aku kuliah jauh dari orang tua, bisa dibilang, orang tuakku di kabupaten, aku kuliah di provinsi. Dan jika ingin pulkam alias pulang kampung ke rumah orang tua, aku harus menempuh perjalanan lebih kurang 4-5 jam menggunakan travel. Karena jauh dari orang tua, otomatis aku menjadi anak kos, dan pada tahun ketiga itulah si Greeny baru bisa aku bawa dan gunakan, karena pada saat itu, aku dan teman-teman memilih untuk menyewa sebuah rumah. Rumah petak dengan 2 kamar, dan tentunya komplit dengan dapur mini. Singkat cerita, setelah mengusulkan dan berunding dengan teman-teman satu kos, akhirnya kami memutuskan untuk beralih ke kompor gas, agar lebih cepat. Maklum, kami semua punya jam terbang tinggi. haha. (Sok Sibuk. LOL) Walaupun pada awalnya ada yang kurang setuju, karena temenku yang satu ini gak bisa make kompor gas, gak tahu caranya dan takut meledak katanya. Hehe. Maklumlah, semenjak si Greeny beredar di pasaran, and as you know si Greeny ini sering dikabarkan meledak. Aku sih gak tahu pasti apa penyebab mereka yang menggunakan si Greeny ini, bisa sampai kejadian seperti itu, bisa jadi salah penggunaan atau tabung gas yang bocor dan si pengguna gak sadar. Wallahu'alam. Syukurlah sepanjang aku bersama Greeny, dia baik-baik aja.

Sebenernya kalau mau diceritain ada banyak banget pengalamanku bersama Greeny. Terutama saat-saat jika ia mendadak habis tanpa diminta di tengah malam saat kelaparan. Hiks.:'( Dan, ini sudah terjadi beberapa kali. Atau saat dia habis ketika aku tengah menggoreng ikan. Oh no. Ikanku jadi terendam minyak, dan saat itu masih pagi buta, dan tentu saja pangkalan ataupun warung tempat isi ulang belum buka. Sementara kerjaan harus deselesaikan pagi itu. Hmm.. Di situ kadang saya merasa sedih. :'(

Tentang Greeny yang lainnya, mungkin kalian semua juga tahu. Kalau saat ini harganya gak menentu. Jadi jangan coba-coba pergi beli Greeny dengan bawa uang pas-pasan. Karena kamu bisa kecewa karena harganya jauh berbeda.

Ngomong-ngomong soal harga, aku  pernah loh ngalaminnya. Bawa uang, ternyata kurang. Terpaksa harus balik lagi. Udah nyarinya susah. :'( Harga normal si Greeny yang ku beli biasanya kisaran Rp 16.000- 18.000. Tapi kali itu aku sengaja bawa uang lebih, karena sebelumnya pas isi ulang harganya beda, gak kayak biasa, yaitu Rp 23.000,- dan dapatinnya susah. Mesti mutar-mutar ke beberapa pangkalan. Untungnya waktu itu aku bawa uang lebih. Nah, kali ini aku udah sengaja bawa uang lebih dari yang kemaren, karena takut kurang. Sore itu, aku bawa uang Rp 30.000,-. Aku pergi pake motor bersama adikku, biar gampang dia yang pegang Greeny di belakang. Setelah mutar-mutar di beberapa tempat, barulah aku menemukannya. Oh, syukurlah. Lega. Akupun turun dari motor dan bertanya kepada si penjual.
"Kak, gasnya masih ada kan?" tanyaku memastikan.
"Ada dek, tapi harganya mahal, dapatnya susah dek, harus berebut sama orang-orang kaya." si kakak penjual menjelaskan.
Dalam hati, aku bergumam. Ngapain sih orang-orang kaya itu pake rebutin si Greeny segala. Merekakan masih sanggup beli si Biru? Kasian donk kami yang anak kosan gini, kalau belinya mahal. Hmm.. tapi apalah daya. Toh juga percuma aku ngedumel. Gak merubah keadaan.
"Emang harganya berapa kak?" tanyaku lagi.
Ada rasa was-was juga, takut uangku kurang. Ternyata benar saja, si penjual menjawab, "Harganya Rp 35.000 dek."
"Wah... Rp 35.000 ya?" kataku kaget. "Saya cuma bawa uang Rp 30.000 nih kak. Padahal udah sengaja bawa lebih dari kemaren, takut kurang. Eh. Rupanya masih kurang juga."
Kakak penjual terdiam sesaat. Akupun berpikir, gimana caranya ini? Balik lagi, ya lumayan jauh sih. Tapi, nanti kalau udah balik apa gasnya masih ada? Jangan-jangan udah diserobot yang lain lagi? Pikirku.
"Emang tinggal di mana dek? Jauh ya?"
"Gak jauh-jauh amat sih kak. Tapi kalau balik lagi lumayan juga, terus nanti takut gasnya udah diambil orang." aku menjelaskan. Karena saat itu, bisa aku liat,  stok  Greeny milik si penjual gak banyak.
"Udah dek. Kalau mau bawa aja dulu. Nanti antar uangnya ke sini."
"Wah.. bener nih kak? Gak papa saya bawa dulu?" tanyaku.
"Iya gak apa, bawa aja." katanya meyakinkan.
"Aduh. Jadi gak enak nih kak. Tapi, makasi banget loh kak. Nanti uangnya langsung saya antar ke sini." kataku senang.
Akhirnya akupun memberikan Greeny yang lama untuk ditukar dengan Greeny yang baru kepada si penjual sembari menyerahkan uang Rp 30.000,- . Akupun segera pulang. Sampai di rumah, tanpa menunda lagi aku langsung mengambil uang untuk membayar kekurangan tadi dan segera berangkat menuju kedai kakak penjual yang baik hati. Sepanjang jalan ada banyak hal yang berkecamuk di otakku. Pertama, tentunya rasa syukur karena Allah masih selalu mempertemukanku dengan orang-orang baik yang selalu ada untuk membantu. Kedua, di pikiranku mulai terlintas apa dan bagaimana sebenarnya sasaran penggunaan si Greeny ini? apa benar ia bertujuan untuk membantu rakyat miskin? Jika memang iya. Kenapa orang kaya masih saja bebas membelinya? atau ia deperuntukkan untuk seluruh rumah tangga dengan pemakaian sewajarnya? Dan soal harga kenapa sering berubah-ubah? Bagaimana dengan mereka yang punya penghasilan harian pas-pasan? dengan harga yang melonjak 2 kali lipat seperti ini, bukankah ini menyulitkan?
Ah.. entahlah. Akupun bingung memikirkannya. Entah siapa yang mau disalahkan. Yang jelas, aku sebagai rakyat biasa berharap, pihak-pihak terkait mampu menyelesaikan semua persoalan ini agar tidak ada lagi masyarakat yang merasa terbebani tanpa kejelasan yang pasti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar