Jumat, 20 Maret 2015

Perjalanan dua tahun



Dua tahun,
Ada 730 hari sudah terlewati.
Dua tahun.
Ada 17.520 jam yang berputar silih berganti.
Dua tahun.
Ada 1.051.200 menit yang terulang berkali-kali.
Dua tahun.
Berjuta-juta detik berbilang, tak terhitung lagi.
Dua tahun.
itulah waktu yang sudah ku lalui bersama mereka di sini.
dalam sebuah kebersamaan yang makin hari semakin sayang tuk ku tinggali.
Dalam sebuah hubungan kerja yang ku rasa lebih seperti keluarga.
Di sini. Bersama meraka dua tahun waktu ku lalui sudah.
Suka duka? Tentu saja itu ada.
Rasa jenuh? Tak jarang itupun datang tanpa diminta.
Ingin keluar? Jujur saja, terkadang terbersit juga.
Tapi, semakin aku ingin mencari pengganti, tuk keluar dari sini.
Semakin kuat pula alasanku untuk bertahan.
Bukan. Bukan karena jaminan masa depan yang banyak diberikan.
Karena di sini tak aku dapatkan jaminan yang demikian. 
Karena perusahaan ini juga masih di permulaan.
Melainkan ada pada rasa saling pengertian yang selalu ku dapatkan.
Ada pimpinan yang lebih tepat ku rasakan sebagai kawan.
Ada atasan yang saling memahami,
bukan sekedar basa basi penjaga gengsi.
Dua tahun
Sungguh waktu yang mungkin tak sebentar
Jika kau lalui hanya dengan berdiam diri
Tapi di sini,
Sungguh rasanya aku bisa menemukan semua,
Menjadi apa yang ku suka,
Walau terkadang tak jarang
Rasa sulit datang menghimpit
Bukan karena punya hutang yang melilit,
Tapi karena orang sekeliling yang kadang berpandangan sempit.
Sering menganggap orang sebelah mata,
Jika ia bekerja bukan di perusahaan ternama,
Ku akui hal itu bukan tidak penting,
Terlebih jika orang tuamu sangat berharap itu.
Ya, jujur saja mungkin keluargaku salah satunya.
Bagaimana tidak. Si juara umum sedari sekolah hingga kuliah
Harus berakhir, di pekerjaan yang tidak begitu wah.
Tapi biarlah.
Ku biarkan mereka dengan persepsinya
Karena bukankah aku yang menjalani semuanya?
Toh, tidak sedikit teman-temanku yang bekerja di perusahaan ternama tetap saja mengeluh dan ingin keluar dari pekerjaannya.
Hal ini sudah cukup bagiku untuk menjadi alasan,
Kenapa aku tetap bertahan.
Ya, karena aku bisa menjadi diriku, tanpa perlu banyak tekanan.
Sungguh, dari lubuk hati yang terdalam aku bersyukur
Sangat bersyukur atas semua ini
Sekali lagi di sini.
Kebersamaan ini. Di keluarga ini.
Aku berhasil menemukan diri, bakat dan potensi.
Walaupun sesungguhnya jobdes yang kujalani tidak sesuai dengan passion yang dimiliki.
Tapi syukurlah, sekali lagi aku bersyukur.
Karena atasanku tidak terlalu banyak mengatur.
Oh.. sungguh. Aku kembali amat sangat banyak bersyukur.
Karena sudah terlalu banyak nikmat yang tidak bisa diukur.
Dua tahun
Aku tidak tahu, berapa lama lagi aku akan berada di sini.
Mungkin sebulan, dua bulan, atau bahkan masih bertahun-tahun lagi.
Entahlah.
Akupun tak tahu pasti.
Tugasku sekarang hanya menjalani,
Atas semua anugrah yang Allah beri.
Semoga Allah selalu menuntunku ke jalan yang diridhoi.
Hingga aku layak ke surga-Nya nanti.
Aamiin.

Spesial thanks to my Boss. Mr. Aswirman.
Cause you have helped me find my self and let me to be me.
May Allah Bless you and family.

Pekanbaru, 20 Maret 2015

1 komentar:

  1. Aku ... iri. Hahaha....
    Nggak juga sih. Soalnya di tempat kerjaku juga sebetulnya oke. Banyak yang kusyukuri, tapi tetep aja nggak sreg.

    Semoga terus menyenangkan kerjanya ya, Ci~ ^^

    BalasHapus