Selasa, 10 Maret 2015

Aku dan Cokodot


Coklat..
Hmm.. apa yang harus ku ceritakan tentangmu, jika menikmatimu adalah kegemaranku.
Coklat...
Apa yang harus ku jelaskan tentangmu, jika hampir semua orang sudah tahu betapa nikmatnya rasamu. 
Tapi biarlah, aku akan mencoba berbagi, bersama mereka yang juga penggemarmu di sini.

 ***
Malam itu, entah hari apa tanggal berapa akupun tak sangup mengingatnya dengan pasti.
Saat itu, aku menonton televisi yang mana kala itu meliput tentang kisah sukses seorang pengusaha coklat. 
Wow.. Pengusaha?? Coklat?? akupun semakin bersemangat menonton acara ini.
Selain ingin tahu rahasia suksesnya, aku juga ingin tahu di mana coklat itu dijual. Sebagai bahan referensiku untuk icip-icip. Hehe..

Tak disangka, ternyata coklat yang dijual sang pengusaha muda ini sungguh berbeda dari coklat-coklat yang banyak dijual di pasaran. Betapa tidak, dari namanya saja sungguh sudah menunjukkan keunikannya, namanya "Cokodot." Nah loh... aneh kan? Bukannya diberi nama coklat tapi malah cokodot, untung gak cokodok. Oops. Hehe.. 

Kenapa Cokodot? Ternyata itu semua ada sejarahnya. Ceritanya begini, jadi yang empunya alias si pengusaha cokodot ini, awalnya iseng alias coba-coba, karena sudah bosan makan dodol, dodol yang sering jadi oleh-oleh yang dibawa keluarganya tiap pulang dari Garut, maka untuk menghilangkan kebosanana dia mencoba untuk mengkreasikannya, jadilah dia mencelupkan si dodol ke dalam lumeran coklat, lalu dibekukan di dalam freezer. Daaaan.... Taraaa, ketika dimakan ternyata banyak yang suka. Maka jadilah usaha ini dikembangkan dengan berbagai inovasi dari hari ke hari. Begitu lebih kurang penuturan sang pengusaha tentang asal muasal usahanya.

Dan yang membuat saya semakin terkesima adalah ternyata saat itu usaha cokodot ini sudah sampai terkenal ke mancanegara loh.. Wuuih keren gak tuh? Indonesia yang negara tropis gini bisa tekenal dengan makanan coklatnya, padahal biasanya coklat kan yang paling terkenal dari negara-negara Eropa.
Karena keunikannya inilah, aku jadi kepengen banget nyobain cokodot, selain karena emang suka coklat, aku juga sangat penasaran dengan rasanya, ditambah lagi rasanya pengen aja gitu bisa nyobain coklat produksi dalam negeri.. (ikut bangga. :D )
Hmm,,, tapi apalah daya. Aku harus menahan keinginan ini untuk sementara, karena cokodot hanya ada di pulau jawa sedangkan aku di sumatra.. hwaaa,,,, *nangisBombay
Tapi, dalam hati sudah ku azamkan, suatu hari nanti kalau aku ke jawa akan aku sempatkan untuk menikmati si manis (cokodot) ini. Selama aku menyaksikan tayangan ini di tv, aku penasaran dibuatnya. Ingin segara mencoba dan memakannya. Aku semakin penasaran dan tertarik tatkala sang presenter dan si empunya cokodot menunjukkan berbagai jenis coklat produksinya. Mungkin rasanya semua sama aja "Rasa Coklat." tapi yang membuat berbeda dan unik itu adalah nama-namanya. Betapa tidak, si empunya memberi nama coklat-coklat karya dengan kata-kata yang sedang nge-hitz saat itu. Nama-nama itu antara lain, Coklat sesuatu banget, coklat tolak miskin, coklat anti galau, coklat rasa sayang, coklat cetar membahana, dan banyak lagi deh nama-nama lainnya yang semakin membuatku gregetan kepengen makan.
Tapi, kembali aku sadar, dengan kantong yang pas-pasan ala anak kuliah, tidak mungkin aku pesan coklat dari jawa terus dikirim ke sini. Akhirnya, aku hanya bisa berharap dan kembali berdo'a  semoga diberi kesempatan mencicipinya, langsung di tokonya.

Hari-haripun berlalu, aku sudah melupakan kisah si cokodot ini. Akupun menjalankan aktivitas sebagaimana biasanya. Hingga suatu hari aku silaturahim ke rumah salah seorang teman, namanya Kak Endang. Kak Endang ini sudah seperti kakak kandungku sendiri. Kami juga sudah saling kenal keluarga satu sama lain, jadi bisa dibilang bukan teman biasa, tapi lebih dari saudara. #eeaa

Waktu itu aku dan kak Endang sedang asyik ngobrol, tiba-tiba datanglah Bang Nazar, suami Kak Endang menghampiri.

"Eh cici, asyik banget ngobrolnya. Pasti ngobrolin abang yaaa..." katanya menggoda.

"Iiih.. enak aja. Gak lah yaw.. Bikin rugi aja ngomongin orang jelek kayak abang. Ya gak kak??" kataku gak mau kalah sambil melirik ke arah Kak Endang.

"Ooooh... gitu ya sekarang? oke.. fix. Padahal tadi mau ngasih sesuatu loh" 

"Ah.. paling bo'ongan" kataku

"Beneran" katanya. "Mau coklat gaaak?" 

"Hah?? Coklat?? yang bener bang?" aku bersemangat.

"Iya coklat. Nih, sepupu abang kemaren bawain oleh-oleh coklat satu kardus. Unik-unik loh namanya" katanya sambil mengeluarkan beberapa buah coklat dari kulkas.

Namanya unik? Tiba-tiba aku teringat tentang cokodot tempo hari. Spontan aku langsung bersemangat dan berkata, "Naaaah.. itu pasti cokodot" kataku sambil menjentikan jari.

"Cokodot? apa tuh?" tanyanya heran.

"Iya. Cokodot itu nama coklat bang, alias coklat dodol. Coklatnya udah terkenal sampai manca negara loh." aku menjelaskan dengan semangat. "Cici udah lama banget loh kepengen ini bang" kataku dengan wajah rada memelas.

"Oh.. gtu. Tapi apa bener ini coklat yang dimaksud? jangan seneng dulu deh."

"Ah, bener itu cici yakin" jawabku mantap

Dengan sigap akupun mengambil coklat yang ada di tangan bang Nazar.
"Nahh.. tu kan bener. Ini cokodot. Akhirnya kesampaian juga nyobain ini tanpa perlu jauh-jauh ke jawa sana. hehe"

"Hmm.. ampe segitunya yang doyan coklat" kak Endang menimpali

"Hehe.. kakak, kayak gak tahu Cici ajjja" jawabku malu-malu. "Bang, boleh dibawa pulang kan? Cici minta banyak yaaa.. hehe. Boleh ya... Abang kan baik " pintaku sambil berusaha tersenyum semanis mungkin.

"Hmm,,, kalau ada maunya aja baik-baik deh. Coba kalau gak.." Bang Nazar pura-pura membuang muka sesaat, lalu berkata, "Ya udah. Ambil deh. Tapi bawa secukupnya aja, Cici kan cuma berdua ama temen di kosan, karena nanti abang juga mau ngasih ke teman yang lain" Bang Nazar menjelaskan

"Oke.. siap Bos" kataku dengan gaya prajurit kepada komandan.

Jadilah hari itu Aku pulang dengan membawa beberapa buah cokodot. Ada rasa kasih sayang, sesuatu banget, dan tolak miskin.
Akhirnya.. aku bisa juga menikmati si manis cokodot.

Alhamdulillah ya sesuatu.:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar