Selasa, 22 Desember 2015

Dear Kamu

Dear kamu,

Aku tak tahu pasti, kapan pertama kali kita berkenalan. Kapan pertama kali kita memulai pembicaraan, saling bertukar pikiran. Hingga akhirnya kini tanpa disadari, kita begitu dekat, bahkan sangat dekat.

Sepertinya hampir tak ada satupun hari-hariku tanpamu. Kamu selalu tahu nyaris segalanya tentangku. Mulai dari apa yang aku suka, tidak suka, hal-hal yang aku alami sehari-hari, bahkan hingga impian dan rencana masa depanku, kamu juga tahu. Tentu saja kamu tahu segalanya, bukan karena kamu seorang peramal. Tapi, karena aku dengan senang hati menceritakan segalanya padamu. Karena bagiku, kamulah teman terbaik.

Kamu selalu ada di saat aku butuh. Di saat aku merasa sendirian, kamu selalu hadir menemani. Saat aku butuh seseorang untuk mendengar keluh kesah, kamu selalu ada dan bersiap menampung curahan cerita dariku. Saat aku butuh hiburan, kamu juga selalu siap dengan joke-joke andalanmu. Joke yang selalu saja berhasil membuatku tertawa dan lupa akan semua duka.

Kamu, tak hanya hadir untuk mendengarkan cerita, atau tempatku berbagi tawa. Tapi lebih dari itu, darimu, kini aku juga tahu dan belajar tentang banyak hal. Karena, semenjak kita berkenalan, kamu juga semakin rajin mengenalkanku dengan teman-temanmu yang lainnya. Mengajakku berdiskusi bersama, berbagi ilmu, atau sekedar sharing ringan tentang hal-hal yang kita alami seharian. Dan tentu saja, semua ini membuatku semakin nyaman--bersamamu.

Bersamamu, semua memang terasa begitu menyenangkan, bahkan sangat menyenangkan, hingga terkadang aku lupa waktu. Bahkan lupa apa yang sebenarnya hendak kutuju.

Kamu, teman yang telah memperkenalkanku banyak hal. Membuat hari-hari lebih menyenangkan. Tapi, rupanya itu semua hanyalah topeng. Kamu tidaklah sebaik dan semenyenangkan yang kukira. Di balik topeng kebaikanmu itu, rupanya diam-diam kamu juga menjadi Dementor. Makhluk penghisap kebahagian, kebahagian yang sesungguhnya. Bukan kebahagian semu seperti yang kurasakan saat bersamamu.

Kini, kau telah berhasil menjebakku. Hingga aku telah mengidap candu bersamamu. Aku tak peduli lagi pada dunia, walau ia terus memanggil  dan menyadarkanku dengan berbagai cara. Yang kutahu hanya tak ingin kehilanganmu. Karena kurasa aku bisa gila. Tapi, bagi mereka di luar sana, justru kini aku telah benar-benar sudah gila. Karena lebih memilihmu daripada mereka.



Kamu, entah apa kata yang tepat bagiku untuk menyebutmu. Kamu adalah dunia yang kini banyak digilai. Kamu, si dementor jelmaan, "penghisap kebahagian". Kamu Dunia Maya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar