Senin, 12 Oktober 2015

Terpaksa



Yuhuuu... Apa kabar pembaca setia? Semoga sehat dan selalu ceria ya. :)

*Cici, tulisannya apa banget deh, masa judulnya terpaksa?*
 Iya, karena ini nulisnya lagi terpaksa. Terpaksa nulis buat kamu. Iya kamu. :D

Oh ya, temen-temen pernah denger orang bilang gini nggak?
"Yah, mau gimana lagi. Tadi acaranya nanggung, jadi terpaksa jam segini baru sholat deh."
Atau kalimat yang gini nih, "Gimana lagi dong, aku udah terlanjur banyak hutang budi. Mau nggak mau terpaksa aku nerima dia."
Atau lagi yang kayak gini nih, "Mau gimana lagi kak, tadi hujan-hujanan, jilbabnya basah. Jadi, ya mau nggak mau aku buka aja. Daripada aku lemes pake jilbab basah."
Pernah denger kalimat-kalimat senada kayak gitu? Kalimat yang isinya alasan pembelaan diri. Bilangnya karena kondisi, jadi terpaksa begitu begini. Tapi, coba deh kita telaah lagi. Apa benar kita dalam kondisi terjepit dan memang terpaksa? Atau jangan-jangan itu cuma alibi aja, untuk 'membenarkan' perbuatan kita? Wallahu'alam. Cuma kita dan Allah yang tahu. :D *Ih Cici, pake ngomongin niat segala, kan jadi males*manyun*

Hehe. Gak usah khawatir guys, karena aku di sini gak bakal bahas soal niatan itu lebih dalam, karena bukan ranah aku juga sih. Takut salah. Hihihi. :D

Eits, tapi jangan salah lagi. Yang mau aku sampaikan kali ini masih ada hubungannya dengan contoh-contoh kalimat tadi kok. *Gimana sih, Ci? Tadi katanya gak mau bahas, sekarang malah bahas lagi*

Jadi gini. Pernah dengar ada orang bilang gini nggak? "Ngapain sih sibuk-sibuk ngurusin aku. Nyuruh ini itu. Kebaikan itu gak boleh dipaksain tauuu…"
Nah loh. Pernah denger kan? Atau setidaknya kalimat yang senada deh dengan itu. Atau jangan-jangan kamu sendiri pelakunya. *oops*

Lalu pertanyaannya adalah, emang itu teori dari mana sih? Siapa yang bilang kebaikan itu nggak boleh dipaksain? Ada dalilnya nggak sih? *Bisa jadi ada, Ci. Kamu aja yang nggak tahu*

Hmm… terlepas deh ya, dari ada atau tidaknya dalil tentang kalimat, 'Kebaikan nggak boleh dipaksaain' itu ada apa nggak. Tapi logikanya gini, kalau kita bisa beralasan karena terpaksa melakukan keburukan, terus kenapa sih kita nggak pake aja alasan terpaksa itu untuk kebaikan?
Sederhananya gini, ngelakuin keburukan terpaksa aja mau. Masa ngelakuin kebaikan karena terpaksa nggak mau? Ya nggak sih? :D

*Tapi kan Ci, kalau ngelakuinnya terpaksa, ntar nggak dapat pahala. :(*

Lah, emangnya ngelakuin keburukan terpaksa dapat pahala? Hehe. *Terus, harus gimana dong, Ci?

Harus baca tulisan ini sampai selesai. Hahaha.

Jadi gini teman-teman. Menurut pengalaman dan beberapa referensi yang aku dapatkan, ternyata kebaikan itu harus dipaksakan loh. Beneran deh, ini serius. Suer. *acungkan dua jari*
Bahkan nih ya, di salah satu buku yang aku baca tentang sedekah, kalimat pertamanya apa coba?

"BERSEDEKALAH DENGAN TIDAK IKHLAS"

Wow. Kontradiktif banget nggak sih, ama yang selama ini kita tahu? Selama ini kan kita tahunya sedekah itu harus ikhlas. Biar sedikit yang penting ikhlas. Gitu kan ya? Udah deh, iya-in aja. Toh kamu kan salah satu pelakunya. Eh. *ditabok*

Jadi sebenarnya kalimat, "Biar sedikit yang penting ikhlas" itu punya siapa sih? Siapa pencetusnya? Bikin 'sesat' banyak orang nih. Bukannya yang baik itu, "Biar banyak yang penting ikhlas?" :D

Jadi, bukan ikhlasnya nggak penting. Tapi, kalau kita menjadikan ikhlas sebagai alibi untuk nggak beramal, kan jadi berabe. Gimana bisa tahu ikhlas apa gak, kalau dicoba aja juga belum. Iya kan ya? :D

Kapan mau bisa terbiasa beramal banyak, kalau dari awal gak pernah dipaksain? Bukankah dulu waktu kita awal-awal sholat dan puasa juga terpaksa? Terpaksa karena takut dipukul orang tua, terpaksa karena takut nggak dikasih jajan, terpaksa karena takut nggak dibeliin baju baru, dan terpaksa karena lain-lainnya. Dan sekarang hasilnya? Kita jadi terbiasa. :)
So, jangan pake alasan nggak mau terpaksa buat ngelakuin kebaikan lagi ya. :D

Oh ya, untuk sedekah tadi aku tambahin dikit ya. Jadi ada logika keren nih guys, buat kita semua. Misal, kita pengen  sedekah 50.000, tapi kok rasanya berat ya, rada nggak ikhlas gitu. Mending 10.000 aja kali ya... yang penting ikhlas? *Semacam berlindung di balik ikhlas gitu, padahal... Ah sudahlah*

Mulai sekarang, jangan ada lagi alasan kayak gini guys, karena sekarang kulit manggis ada ekstraknya. Eh salah, maksudnya ada solusinya.
Jadi, kalau kamu emang punya kemampuan sedekah 50.000, ya tancap gas pol, langsung sedekah 50.000 walau nggak ikhlas. *lah, kalau nggak ikhlas nanti nggak dapat pahala dong?*
Tenang aja, kan ada yang 10.000. Sedekah 10.000 ikhlas kan? Jadi, 10.000 ikhlas (dapat pahala full), 40.000 nggak ikhlas (anggap untuk latihan biar besok-besok udah terbiasa, terus jadi ikhlas. Syukur-syukur dapat pahala niat belajar, kan?)
:D
Jadi, kalau mau ngelakuin kebaikan, tapi belum bisa ikhlas, ya lakuin aja dengan terpaksa. Terus bilang ke Allah kayak gini, "Ya Allah, aku ngelakuin ini terpaksa loh... Tapi tolong, besok-besok buat aku jadi ikhlas. Biar aku nggak terpaksa lagi. Bantu aku ya Allah. Aamiin." :)
Do'a yang polos, yang jujur, yang apa adanya. Sah-sah aja kan ya do'a kayak gini? Hehe.

So, mulai hari ini, yuk biasakan diri buat "terpaksa". Mending ngelakuin kebaikan karena terpaksa, dari pada nggak pernah jadi orang baik karena nggak mau terpaksa.
Jadi, ingat ya... Buanglah terpaksa pada tempatnya. :D

Semoga bermanfaat guys. :)

Dari seseorang yang masih selalu belajar untuk menjadi baik.

-cici putri-
@ciciliaputri09

Pekanbaru,121015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar