Senin, 20 Maret 2017

PENUH



"Bang, liat deh... Cantik, kan?" Aku memamerkan gamis yang tadi siang aku beli. 

"Iya, cantik." Suamiku memuji--entah hanya ingin aku terlihat senang. 

"Ini mau adek pakai besok ke acara walimahnya temen adek, Dini." Aku menjelaskan, walau ia tak bertanya. "Ya udah, adek simpan dulu di lema..." Tiba-tiba aku terdiam, setelah membuka lemari pakaian kami.

"Kenapa? Kok nggak jadi disimpen di lemari?" tanyanya polos.

"Gimana mau disimpen di lemari. Ini lemarinya udah penuh semua." Aku manyun. 

"Masa, sih?" Dengan mimik wajah sok polosnya, ia melongok ke lemari. Aku masih memasang wajah cemberut.
Entah kenapa, aku memang merasa kami pasangan yang aneh. Di saat pada umumnya pasangan suami istri lain lemari pakaian mereka dipenuhi pakaian istri lebih dari separuhnya, tapi tidak dengan kami. Lemari pakaian yang ada di kamar kami saat ini justru didominasi oleh pakaian suamiku, nyaris 90%. Aku serius. Ini bukan hoax. 

"Hehehe... Adek sabar ya, itu diatur aja baju-bajunya biar muat." Dia mengelus kepalaku dengan tampang sok imut dan tak bersalah. 

"Adek heran deh. Kenapa ya, di rumah ini semua ruangan kayaknya penuh sama barang-barang abang? Nggak di lemari, nggak di ruang depan, semuanya barang-barang keperluan abang. Sampe isi kulkas pun, yang biasanya didominasi keperluan dapur, juga penuh sama makanan dan cemilan abang yang bejibun. Kayaknya nggak ada lagi tuh space untuk adek." Kali ini aku benar-benar kesal. Cemberut. 

"Eeeh... Siapa bilang di rumah ini semua ruang dipenuhi sama abang? Adek lupa, ya? Ada kok satu ruang yang isinya adek semua."

Aku mengernyit. Masa, sih? Ruang apa?

Seolah bisa membaca kerutan dahiku, ia berujar, "Ruang yang semuanya dipenuhi adek itu... Ruang hati abang."

#%&*@*¥*#

-Cici Putri-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar